Selasa, 27 Mei 2008

komunikasi teraupetik dengan gangguan sensori

BAB I

PENDAHULUAN


A.1. KOMUNIKASI TERAPEUTIK SEBAGAI TANGGUNG JAWAB MORAL PERAWAT

Untuk memenuhi harapan individu, keluarga, dan masyarakat seorang perawat perlu mempunyai kualifikasi tertentu yang mempunyai efek penyembuhan (terapeutik). Komunikasi merupakan cara untuk membina hubungan teraupetik karena komunikasi dapat mempengaruhi perilaku orang lain sehingga hubungan perawat – klien tidak akan tercapai bila komunikasi tersebut tidak lancer atau malah tidak ada komunikasi.

Menurut As hornby (1974) terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari penyembuhan. Mampu terapeutik berarti seseorang mampu melakukan atau mengkomunikasikan perkataan, perbuatan, atau ekspresi yang memfasilitasi proses penyembuhan.

A.2. Tujuan komunikasi terapeutik.

Kesadaran diri, penerimaan diri, dan meningkatnya kehormatan diri. Identitas pribadi yang jelas dan meningkatnya integritas pribadi. Kemampuan untuk membentuk suatu keintiman, saling ketergantungan, hubungan interpersonal, dengan kapasitas memberi dan menerima cinta. Mendorong fungsi dan meningkatkan kemampuan terhadap kebutuhan yang memuaskan dan mencapai tujuan pribadi yang realistic.

Perawat harus memiliki tanggung jawab moral yang tinggi yang didasari atas sikap peduli dan penuh kasih sayang, serta perasaan ingin membantu orang lain untuk tumbuh dan berkembang. Addalati (1983), Bucaille (1979) dan Amsyari (1995) menambahkan bahwa sebagai seorang beragama, perawat tidak dapat bersikap tidak perduli terhadap ornag lain adalah seseorang pendosa yang memntingkan dirinya sendiri. Selanjutnya Pasquali & Arnold (1989) dan Watson (1979) menyatakan bahwa “human care” terdiri dari upaya untuk melindungi, meningkatkan, dan menjaga/mengabdikan rasa kemanusiaan dengan membantu orang lain mencari arti dalam sakit, penderitaan, dan keberadaanya: membantu orang lain untuk meningkatkan pengetahuan dan pengendalian diri, “Sesungguhnya setiap orang diajarkan oleh Allah untuk menolong sesama yang memrlukan bantuan”. Perilaku menolong sesama ini perlu dilatih dan dibiasakan, sehingga akhirnya menjadi bagiandari kepribadian.

A.3. Tehnik komunikasi terapeutik.

Tiap klien tidak sama oleh karena itu diperlukan penerapan tehnik berkomunikasi yang berbeda pula. Tehnik komunikasi berikut ini, treutama

penggunaan referensi dari Shives (1994), Stuart & Sundeen (1950) dan Wilson & Kneisl (1920), yaitu:

  1. Mendengarkan dengan penuh perhatian

Berusaha mendengarkan klien menyampaikan pesan non-verbal bahwa perawat perhatian terhadap kebutuhan dan masalah klien. Mendengarkan dengan penuh perhatian merupakan upaya untuk mengerti seluruh pesan verbal dan non-verbal yang sedang dikomunikasikan. Ketrampilan mendengarkan sepenuh perhatian adalah dengan:

  • Pandang klien ketika sedang bicara

  • Pertahankan kontak mata yang memancarkan keinginan untuk mendengarkan.

  • Sikap tubuh yang menunjukkan perhatian dengan tidak menyilangkan kaki atau tangan.

  • Hindarkan gerakan yang tidak perlu.

  • Anggukan kepala jika klien membicarakan hal penting atau memerlukan umpan balik.

  • Condongkan tubuh ke arah lawan bicara.

  1. Menunjukkan penerimaan

Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan atau tidak setuju. Tentu saja sebagai perawat kita tidak harus menerima semua prilaku klien. Perawat sebaiknya menghindarkan ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang menunjukkan tidak setuju, seperti mengerutkan kening atau menggelengkan kepala seakan tidak percaya. Berikut ini menunjukkan sikap perawat yang menggelengkan kepala seakan tidak percaya. Berikut ini menunjukkan sikap perawat yang

  • Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan.

  • Memberikan umpan balik verbal yang menapakkan pengertian.

  • Memastikan bahwa isyarat non-verbal cocok dengan komunikasi verbal.

  • Menghindarkan untuk berdebat, mengekspresikan keraguan, atau mencoba untuk mengubah pikiran klien.

Perawat dapat menganggukan kepalanya atau berkata “ya”, “saya mengikuti apa yang anda ucapkan.” (cocok 1987).

  1. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan.

Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai klien. Paling baik jika pertanyaan dikaitkan dengan topik yang dibicarakan dan gunakan kata-kata dalam konteks sosial budaya klien. Selama pengkajian ajukan pertanyaan secara berurutan.

  1. Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri.

Dengan mengulang kembali ucapan klien, perawat memberikan umpan balik sehingga klien mengetahui bahwa pesannya dimengerti dan mengharapkan komunikasi berlanjut. Namun perawat harus berhati-hati ketika menggunakan metode ono, karena pengertian bisa rancu jika pengucapan ulang mempunyai arti yang berbeda.

  1. Klarifikasi

Apabila terjadi kesalah pahaman, perawat perlu menghentikan pembicaraan untuk mengklarifikasi dengan menyamakan pengertian, karena informasi sangat penting dalam memberikan pelayanan keperawatan. Agar pesan dapat sampai dengan benar, perawat perlu memberikan contoh yang konkrit dan mudah dimengerti klien.

  1. Memfokuskan

Metode ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan sehingga lebih spesifik dan dimengerti. Perawat tidak seharusnya memutus pembicaraan klien ketika menyampaikan masalah yang penting, kecuali jika pembicaraan berlanjut tanpa informasi yang baru.

  1. Menyampaikan hasil observasi

Perawat perlu memberikan umpan balik kepada klien dengan menyatakan hasil pengamatannya, sehingga dapat diketahui apakah pesan diterima dengan benar. Perawat menguraikan kesan yang ditimbulkan oleh syarat non-verbal klien. Menyampaikan hasil pengamatan perawat sering membuat klien berkomunikasi lebih jelas tanpa harus bertambah memfokuskan atau mengklarifikasi pesan.

  1. Menawarkan informasi

Tambahan informasi ini memungkinkan penghayatan yang lebih baik bagi klien terhadap keadaanya. Memberikan tambahan informasi merupakan pendidikan kesehatan bagi klien. Selain ini akan menambah rasa percaya klien terhadap perawat. Apabila ada informasi yang ditutupi oleh dokter, perawat perlu mengklarifikasi alasannya. Perawat tidak boleh memberikan nasehat kepada klien ketika memberikan informasi, tetapi memfasilitasi klien untuk membuat keputusan.

  1. Diam

Diam memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisir pikirannya. Penggunaan metode diam memrlukan ketrampilan dan ketetapan waktu, jika tidak maka akan menimbulkan perasaan tidak enak. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi terhadap dirinya sendiri, mengorganisir pikirannya, dan memproses informasi. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi terhadap dirinya sendiri, mengorganisir pikirannya, dan memproses informasi. Diam terutama berguna pada saat klien harus mengambil keputusan .

  1. Meringkas

Meringkas adalah pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat. Metode ono bermanfaat untuk membantu topik yang telah dibahas sebelum meneruskan pada pembicaraan berikutnya. Meringkas pembicaraan membantu perawat mengulang aspek penting dalam interaksinya, sehingga dapat melanjutkan pembicaraan dengan topik yang berkaitan.

  1. Memberikan penghargaan

Memberi salam pada klien dengan menyebut namanya, menunjukkan kesadaran tentang perubahan yang terjadi menghargai klien sebagai manusia seutuhnya yang mempunyai hak dan tanggung jawab atas dirinya sendiri sebagai individu. Penghargaan tersebut jangan sampai menjadi beban baginya, dalam arti kata jangan sampai klien berusaha keras dan melakukan segalanya demi mendapatkan pujian atau persetujuan atas perbuatannya. Dan tidak pula dimaksudkan untuk menyatakan bahwa ini “bagus” dan yang sebaliknya “buruk”. Perlu mengatakan “Apabila klien mencapai sesuatu yang nyata, maka perawat dapat mengatakan demikian.”

  1. Menawarkan diri

Klien mungkin belum siap untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain atau klien tidak mampu untuk membuat dirinya dimengerti. Seringkali perawat hanya menawarkan kehadirannya, rasa tertarik, tehnik komunikasi ini harus dilakukan tanpa pamrih.

  1. Memberi kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan.

Memberi kesempatan pada klien untuk berinisiatif dalam memilih topic pembicaraan. Biarkan klien yang merasa ragu-ragu dan tidak pasti tentang perannanya dalam interakasi ini perawat dapat menstimulasinya untuk mengambil inisiatif dan merasakan bahwa ia diharapkan untuk membuka pembicaraan.

  1. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan

Tehnik ini menganjurkan klien untuk mengarahkan hampir seluruh pembicaraan yang mengindikasikan bahwa klien sedang mengikuti apa yang sedang dibicarakan dan tertarik dengan apa yang akan dibicarakan selanjutnya. Perawat lebih berusaha untuk menafsirkan dari pada mengarahkan diskusi/pembicaraan

  1. Menempatkan kejadian secara teratur akan menolong perawat dan klien untuk melihatnya dalam suatu perspektif.

Kelanjutan dari suatu kejadian secara teratur akan menolong perawat dan klien untuk melihatnya dalam suatu perspektif. Kelanjutan dari suatu kejadian secara teratur akan menolong perawat dan klien untuk melihat kejadian berikutnya sebagai akibat kejadian yang pertama. Pesawat akan dapat menentukan pola kesukaran interpersonal dan memberikan data tentang pengalaman yang memuaskan dan berarti bagi klien dalam memenuhi kebutuhannya.

  1. Menganjurkan klien unutk menguraikan persepsinya

Apabila perawat ingin mengerti klien, maka ia harus melihat segala sesungguhnya dari perspektif klien. Klien harus merasa bebas untuk menguraikan persepsinya kepada perawat. Ketika menceritakan pengalamannya, perawat harus waspada akan timbulnya gejala ansietas.

  1. Refleksi

Refleksi menganjurkan klien untuk mengemukakan dan menerima ide dan perasaanya sebagai bagian dari dirinya sendiri. Apabila klien bertanya apa yang harus ia pikirkan dan kerjakan atau rasakan maka perawat dapat menjawab: “Bagaimana menurutmu?” atau “Bagaimana perasaanmu?”. Dengan demikian perawat mengindikasikan bahwa pendapat klien adalah berharga dan klien mempunyai hak untuk mampu melakukan hal tersebut, maka iapun akan berpikir bahwa dirinya adalah manusia yang mempunyai kapasitas dan kemampuan sebagai individu yang terintegrasi dan bukan sebagai bagian dari orang lain.

B.1. Gangguan sensoris

Pada dasarnya gangguan sensoris bisa dibagi menjadi :

  1. Gangguan pada Pusat Nervous yang terkait dengan fungsi sensoris dalam komunikasi :

  • Brocca / Brodmann’s area : Pusat pendengaran

  • Girus Angularis : Memproses kata – kata diubah dalam bentuk audisi

  • Area Werniecke : Pengolah secara komprehensip audio visual

  1. Gangguan pada Nervous cranial yang terkait dengan fungsi komunikasi (Sensoris ) terutama N. II dan N. VIII

  2. Gangguan sensori persepsi : Misalnya pada klien dengan Hallusinasi/Illusi

  3. Klien dengan penurunan kesadaran.

  4. Klien Autis , Klien Mental retardate

B.2. Indra penglihatan sebagai penerima pesan

Kemampuan individu untuk melihat dimungkinkan oleh sistem organ yang disebut mata. Sistem ini terdiri atas organ-organ yang menerima dan memfokuskan cahaya yang masuk kedalam mata, sel-sel reseptor penglihatan yang menangkap bayangan, yang disebut fotoreseptor dan serabut saraf (nervus optikus) yang membawa input sensori dari fotoreseptor menuju ke otak untuk dipersepsi oleh otak.

Mekanisme penerimaan sinar hingga dapat dipersepsi adalah sebagai berikut : sinar yang dipantulkan kedalam bola mata akan diterima, secara berurut, melalui kornea, melewati lubang pupil (sebagai pengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk, lensa mata, korpus viterius, dan akhirnya diterima oleh retina pada fovea sentralis). Media yang dilalui cahaya sebelum jatuh pada retina disebut media retraksi. Selanjutnya sinar yang telah jatuh ke retina akan ditangkap oleh sel-sel konus dan sel basili yang selanjutnya dihantarkan menuju otak sebagai impuls saraf. Hasil penerimaan rangsang saraf ini kemudian dibawa ke otak untuk dipersepsikan sebagai citra (gambaran) dalam persepsi manusia.











BAB II

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN


Gangguan penglihatan dapat terjadi baik karena kerusakan organ, misal : kornea, lensa mata, kekeruhan humor viterus, maupun kerusakan kornea, serta kerusakan saraf penghantar impuls menuju otak. Kerusakan di tingkat persepsi antara lain dialami klien dengan kerusakan otak. Semua ini mengakibatkan penurunan visus hingga dapat menyebabkan kebutaan, baik parsial maupun total. Akibat kerusakan visual, kemampuan menangkap rangsang ketika berkomunikasi sangat bergantung pada pendengarn dan sentuhan. Oleh karena itu, komunikasi yang dilakukan harus mengoptimalkan fungsi pendengaran dan sentuhan karena fungsi penglihatan sedapat mungkin harus digantikan oleh informasi yang dapat ditransfer melalui indra yang lain. Sebagai contoh, ketika melakukan orientasi ruang perawatan, klien harus mendapat keterangan yang memvisualisasi kondisi ruang rawat secara lisan, misalnya dengan menerangkan letak meja dan kursi, menerangkan berapa langkah posisi tempat tidur dari pintu, letak kamar mandi, dan sebagainya.

Berikut adalah tehnik-tehnik yang perlu diperhatiakn selama berkomunikasi dengan klien yang mengalami gangguan penglihatan :

    1. Sedapat mungkin ambil posisi yang dapat dilihat klien bila ia mengalami kebutaan parsial atau sampaikan secara verbal keberadaan / kehadiran perawat ketika anda berada didekatnya.

    2. Identifikasi diri anda dengan menyebutkan nama (dan peran) anda.

    3. Berbicara menggunakan nada suara normal karena kondisi klien tidak memungkinkanya menerima pesan verbal secara visual. Nada suara anda memegang peranan besar dan bermakna bagi klien.

    4. Terangkan alasan anda menyentuh atau mengucapkan kata – kata sebelum melakukan sentuhan pada klien.

    5. Informasikan kepada klien ketika anda akan meninggalkanya / memutus komunikasi.

    6. Orientasikan klien dengan suara – suara yang terdengar disekitarnya.

    7. Orientasikan klien pada lingkunganya bila klien dipindah ke lingkungan / ruangan yang baru.

Agar komunikasi dengan orang dengan gangguan sensori penglihatan dapat berjalan lancar dan mencapai sasarannya, maka perlu juga diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

  1. Dalam berkomunikasi pertimbangkan isi dan nada suara

  2. Periksa lingkungan fisik

  3. Perlu adanya ide yang jelas sebelum berkomunikasi

  4. Komunikasikan pesan secara singkat

  5. Komunikasikan hal-hal yang berharga saja.

  6. Dalam merencanakan komunikas, berknsultasilah dengan pihk lain agar memperoleh dukungan.

Dalam melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien dengan gangguan sensori penglihatan, perawat dituntut untuk menjadi komunikator yang baik sehingga terjalin hubungan terapeutik yang efektif antara perawat dan klien, untuk itu syarat yang harus dimiliki oleh perawat dalam berkomunikasi dengan pasien dengan gangguan sensori penglihatan adalah :

  1. Adanya kesiapan artinya pesan atau informasi, cara penyampaian, dan saluarannya harus dipersiapkan terlebih dahulu secara matang.

  2. Kesungguhan artinya apapun ujud dari pesan atau informasi tersebut tetap harus disampaikan secara sungguh-sungguh atau serius.

  3. Ketulusan artinya sebelum individu memberikan informasi atau pesan kepada indiviu lain pemberi informasi harus merasa yakin bahwa apa yang disampaikan itu merupakan sesuatu yang baik dan memang perlu serta berguna untuk sipasien.

  4. Kepercayaan diri artinya jika perawat mempunyai kepercayaan diri maka hal ini akan sangat berpengaruh pada cara penyampaiannya kepada pasien.

  5. Ketenangan artinya sebaik apapun dan sejelek apapun yang akan disampaikan, perawat harus bersifat tenang, tidak emosi maupun memancing emosi pasien, karena dengan adanya ketenangan maka iinformasi akan lebih jelas baik dan lancar.

  6. Keramahan artinya bahwa keramahan ini merupakan kunci sukses dari kegiatan komunikasi, karena dengan keramahan yang tulus tanpa dibuat-buat akan menimbulkan perasaan tenang, senang dan aman bagi penerima.

  7. Kesederhanaan artinya di dalam penyampaian informasi, sebaiknya dibuat sederhana baik bahasa, pengungkapan dan penyampaiannya. Meskipun informasi itu panjang dan rumit akan tetapi kalau diberikan secara sederhana, berurutan dan jelas maka akan memberikan kejelasan informasi dengan baik.









BAB III

KESIMPULAN


Kemampuan menerapkan tehnik komunikasi terapeutik memrlukan latihan dan kepekaan serta ketajaman perasaan, karena komunikasi terjadi tidak dalam kemampuan tetapi dalam dimensi nilai, waktu dan ruang yang turut mempengaruhi keberhasilan komunikasi yang terlihat melalui dampak terapeutiknya bagi klien dan juga kepuasan bagi perawat.

Komunikasi juga akan memberikan dampak terapeutik bila dalam penggunaanya diperhatikan sikap dan tehnik komunikasi terapeutik. Hal lain yang cukup penting diperhatikan adalah dimensi hubungan. Dimensi ini merupakan faktor penunjang yang sangat berpengaruh dalam mengembangkan kemampuan berhubungan terapeutik.

Berbagai tehnik komunikasi dapat digunakan dalam berkomunikasi, untuk ini perlu dikuasai tehnik komunikasi dengan tepat. Tujuan dalam tehnik komunikasi adalah dalam rangka memperoleh hasil atau efek yang sebesar-besarnya, sifatnya tahan lama atau mungkin bersifat abadi. Jika suatu komunikasi dapat mengubah suatu perilaku kepercayaan dan sikap seseorang atau pasien, maka perubahan tersebut diharapkan dapat benar-benar langgeng atau dapat tahan lama.

Jika kondisi-kondisi seperti di pembahasan dapat diujudkan dengan baik dan persyaratan-persyaratan juga dipenuhi, maka komunikasi dengan orang yang mempunyai gangguan sensori penglihatan akan terjadi dengan baik. Jika diterapkan dalam dunia kedokteran atau keperawatan maka pasien dengan gangguan sensori penglihatan akan merasa puas, tidak ada keluhan dan memberikan persahabatan serta penyembuhan lebih cepat, disamping itu tenaga medis dan paramedis akan merasa puas karena dapat memberikan pelayanan yang baik dan penyembuhan.

















DAFTAR PUSTAKA


Intansari Nurjanah. (2001), Hubungan terapeutik perawat dan klien kualitas pribadi sebagai sarana. Yogyakarta: PSIK Fakultas Kedokteran UGM.

Bagian Keperawatan Jiwa-Komunitas FIK-UI. (1998), Kumpulan Makalah pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa, Kiat Komunikasi Terapeutik. Tidak Dipublikasikan.

Kariyoso. (1994), Pengantar Komunikasi Bagi Siswa Perawat. Jakarta: EGC.

Ns. Anas Tamsuri, Skep. (2006), Buku Saku Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta: EGC.

Widjaja, A.W.. (2000), Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rineka Cipta.

Http://Bandono.web.id. (2007), Makalah Komunikasi Dalam Keperawatan Website, Bandung: Blogspot.

Http://Anismahmudi.blog.com. (2007), Tehnik-Tehnik Dalam Komunikasi Gangguan Persepsi Sensori, Jakarta: Blogspot.

Kamis, 08 Mei 2008

ilmu pengetahuan ilmiah

BAB I

PENDAHULUAN


  1. LATAR BELAKANG

Ilmu pengetahuan atau Pengetahuan ilmiah dalam tata bahasa dapat diartikan sebagai dua kata yang berangkai, dan memiliki makna ilmu, yakni suatu bidang pengetahuan yang tersusun secara bersistem, menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu pengetahuan bersangkutan . Sedangkan pengetahuan dapat juga diartikan sebagai segala sesuatu yang diketahui atau dapat diartikan kepandaian yang dimiliki. Pemahaman sebagai dua kata yang tidak terpisahkan , Ilmu pengetahuan dapat diartikan sebagai gabungan berbagai pengetahuan yang tersusun secara logis dan bersistem, dengan mempertimbangkan sebab akibatnya, pemahaman ini sering diikuti oleh istilah lain yakni ilmiah, istilah ini untuk menegaskan bahwa ilmu pengetahuan mengandung makna ilmiah yang artinya prosedur yang harus diikuti, yakni logis, bersistem dan mempertimbangkan sebab akibat, dengan suatu metode yang melibatkan cara berfikir empiris dan rasional.

Pada dasarnya ilmu pengetahuan adalah suatu sistem yang dikembangkan manusia untuk mengetahui keadaanya dan lingkungannnya, atau menyesuaikan lingkungannnya dengan dirinya dalam rangka strategi hidupnya.

Di masa pra ilmiah pengetahuan diperoleh secara empiris turun temurun, kemudian diteruskan dengan eksperimen dan logika . ilmu – ilmu yang dasar dan tidak dipengaruhi oleh waktu dan ruang lebih bersifat universal daripada yang tergantung pada lingkungan dan zaman.

Di dalam masyarakat ilmiah segala persoalan pertama – tama diusahakan dipecah secara ilmiah, termasuk persoalan masa lampau dan masa depan. Berbeda dengan cara – cara lain, misanya cara mitologis, tradisional, folk science, supra natural, mistik ataupun cara – cara alogis yang lain, ilmu pengetahuan memajukan pertanyaan – pertanyaan kecil dan dengan memperoleh jawaban, maju selangkah demi selangkah. Dengan demikian ilmu pengetahuan harus dinamis, kebenaran ilmiah berevolusi sesuai dengan kemajuan teori ilmu pengetahuan . memang dengan teori pengetahuan ilmiah belum semua persoalan hidup dan dunia ini dapat dipecahkan, karena kemampuan otak dan akal manusia yang terbatas, sehingga dunia obyektif yang diamati tidak pernah lengkap , model – model yang dibuat adalah realitas yang disederhanakan.

Dari uraian tersebut diatas dapat menimbulkan permasalahan – permasalahan yaitu :

    1. Bagaimana Pengertian / batasan teori pengetahuan ilmiah .

    2. Apa perbedaan pengetahuan ilmiah dan pengetahuan tidak / non ilmiah

    3. Bagaimana cara Pemahaman tentang teori – teori pengetahuan ilmiah

B. TUJUAN

    1. Untuk mengetahui pengertian / batasan pengetahuan ilmiah.

    2. Untuk mengetahui perbedaan pengetahuan ilmiah dan pengetahuan tidak ilmiah.

    3. Agar dapat memahami tentang teori – teori pengetahuan ilmiah.

BAB II

PEMBAHASAN


  1. PENGERTIAN / BATASAN PENGETAHUAN ILMIAH

Ilmu atau science diartikan sebagai studi yang dapat di uji, dites, dan diverifikasikan. Kata science diambil dari bahasa yunani scire yang berarti memahami – to know. Sejak awal dimulainya wawasan ilmu ini telah sangat luas dikembangkan dan sangat mempengaruhi kehidupan manusia . Dewasa ini semua cabang ilmu dapat diamati di investigasi, dan mungkin mengembangkan cabang ilmu lain yang dapat diamati atau dideteksi, sehingga perkembangan ilmu merupakan bentuk kegiatan untuk pemahaman dunia, planet dan bahkan alam semesta.

Pengetahuan ilmiah dikembangkan berdasarkan analisis obyektif, lebih jauh hanya sekedar melalui keyakinan seseorang. Pengetahuan berkembang menjadi ilmu melalui akumulasi waktu , yang memiliki waktu berkembang sejajar dengan perkembangan kemajuan manusia. Beberapa kelompok pengetahuan dapat ditelusuri sampai dengan awal peradaban manusia . akan tetapi terdapat juga ilmu – ilmu yang baru berusia kurang dari 50 tahun. Tapi kapan ilmu itu tumbuh apakah sudah lama atau baru , tetap ia melalui pendekatan suatu system , yang kini dikenal sebagai metode keilmuan. Untuk mencoba mengetahui keberadaanya lebih mendalam disinilah etika ilmu merupakan salah satu karakteristiknya. Sebab seringkali ilmu yang diteliti , diamati bukan ilmu baru akan tetapi para peneliti melakukanya untuk mengetahui lebih dalam , bahkan mungkin mencari sesuatu yang kan muncul teori atau pandangan yang baru. Perhatikan dalam bidang – bidang ilmu yang dikenal sekarang, sejarah, ilmu fisika, kedokteran, keperawatan, matematika, tehnologi dan sebagainya. Kadang terjadi pula penelitian dilakukan terhadap penemuan yang dianggap baru, akan tetapi ternyata ilmu tersebut telah pernah ada pada masa sebelumnya, atau ilmu terjadi kesalahan dalam beberapa tingkatanya. banyak para ahli melakukan hal ini. Bukan hal yang mengherankan jika pada suatu kurun masa penemuan seseorang ahli menjadi paradigma berbagai perkembangan ilmu, akan tetapi dalam perkembangan tersebut mengalami perubahan, sebab ditemukan fenomena lain yang dapat merubah teori sebelumnya. Tapi apakah ilmu itu salah sama sekali ? Tidak, ia diakui pada masanya, akan tetapi dengan cara , teknik – teknik baru ditemukan data baru, akan tetapi ilmu terdahulu tidak pernah, atau jarang disingkirkan begitu saja , sebab diantara yang berubah masih terdapat hal – hal yang dipertahankan , tetap diakui kebesaranya , dan tetap diakui sebagai pandangan pengetahuan yang besar.

Ilmu tidak pernah terputus dari pertumbuhan awalnya, seperti hanya tehnologi, filsafat, peradaban, kesemuanya mempunyai benang merah yang tidak pernah putus, ia merupakan time – line yang selalu dapat diketahui awalnya, akan tetapi belum dapat diketahui kapan ia berakhir. Keruntuhan suatu periode pemerintahan, Negara , tidak pernah menguburnya bersama bangsa dan peradaban yang pernah ada. Keruntuhan kerajaan firaun tidak sekaligus meruntuhkan keberadaan bangsa mesir dan peradabanya. Sejarah telah membuktikanya , peradaban mesir tetap merupakan suatu contoh kehandalan , kemegahan sejarah peradaban, yang sampai kini masih diteliti untuk melengkapinya, sedangkan bangsa mesir tetap exis dan tumbuh sebagai bangsa besar , dengan segala atribut modernisasinya.

  1. PERBEDAAN PENGETAHUAN ILMIAH DAN PENGETAHUAN TIDAK ILMIAH

Untuk membedakan pengetahuan ilmiah dan pengetahuan yang tidak ilmiah secara sederhana pada saat ini dapat dilihat / ditelaah melalui cara penulisannya .

Pada penulisan ilmu pengetahuan yang tidak ilmiah dapat dijumpai pada majalah umum ( bukan jurnal ), surat kabar, brosur dan sebagainya, misal

    1. Pengetahuan yang ditulis untuk menyajikan informasi dan bersifat iklan (emotif advertising) .

    2. Pengetahuan yang hanya memberikan suatu fakta yang tidak terjabarkan ; pernyataan ditulis berdasarkan apa yang dirasakan dan apa yang dipikirkan (personal subyektif writing)

    3. Pengetahuan yang ditulis dalam bentuk kritik eronik, ataupun satir (slanted criticism)

    4. Pengetahuan yang ditulis berdasarkan informasi yang cukup lengkap, fakta yang ada dan persuatif (informative advertising)

Sedangkan ilmu pengetahuan ilmiah dapat berbentuk :

    1. Nontechnical concrete explanation.

    2. Semitechnical generalized explanation.

    3. Generalized technical writing.

    4. Generalized abstract explanation.

  1. PEMAHAMAN TEORI PENGETAHUAN ILMIAH

Teori merupakan pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai suatu factor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan. Tujuan akhir dari setiap disiplin keilmuan adalah mengembangkan sebuah teori keilmuan yang bersifat utuh dan konsisten.

Sebuah teori biasanya terdiri dari hukum – hukum, teori adalah pengetahuan ilmiah yang memberikan penjelasan tentang “ mengapa” suatu gejala – gejala terjadi, sedangkan hukum memberikan kepada kita untuk meramalkan “apa” yang mungkin terjadi. Pengetahuan ilmiah dalam bentuk teori dan hukum ini merupakan “alat” yang dapat kita pergunakan untuk mengontrol gejala alam.

Pengetahuan ilmiah dalam bentuk teori dan hukum ini harus mempunyai tingkat keumuman yang tinggi, atau secara idealnya harus bersifat universal. Dalam usaha mengembangkan tingkat keumuman yang lebih tinggi ini maka dalam sejarah perkembangan ilmu kita melihat berbagai contoh dimana teori – teori yang mempunyai tingkat keumuman yang lebih rendah disatukan dengan teori umum yang mampu mengikat keseluruhan teori – teori tersebut.

Sejarah perkembangan fisika misalnya mengenal teori tentang “jatuh bebas” yang di demonstrasikan Galileo dengan menjatuhkan dua benda yang berbeda beratnya dari menara pisa . Sampai waktu itu orang masih percaya kepada teori Aristoteles yang menyatakan bahwa benda yang lebih berat akan jatuh ketanah dengan lebih cepat. Galileo dengan demonstrasinya yang bersifat testrik sekali pukul menjatuhkan teori Aristoteles yang tidak benar itu. Benda – benda tanpa melihat beratnya akan jatuh ketahan dalam waktu yang sama.

Copernikus (1473 – 1543) mengembangkan teori baru bahwa bukan matahari yang berputar mengelilingi bumi melainkan bumi yang mengelilingi matahari. Teori ini merupakan perombakan terhadap teori lama yang dikemukakan oleh Ptolomeus ( 150 SM ) dari Alexandria yang mengemukakan bahwa bumi adalah pusat dari jagat raya dengan planet – planetnya yang berputar mengelilinginya dalam orbit – orbit yang berbentuk lingkaran. Teori kopernikus ini kemudian disempurnakan oleh Johanes Kopler yang mendasarkan diri dari data yang dikumpulkan . Tycho Branhe menyatakan pada tahun 1609 bahwa rbit planet – planet dalam mengelilingi matahari tidaklah berbentuk lingkaran seperti apa yang dipercayai oleh Ptolomeus maupun Kopernikus merupakan berbentuk ellips.

Newton pada tahun 1686 menerbitkan phiksophiae Naturalis Principia Mathematica yang merupakan teori yang mempersatukan teori Gallileo, Copernicus dan Kapler. Teori Newton menyatakan bahwa semua gerak baik yang terjadi dilangit maupun dibumi, tunduk kepada hokum – hokum yang sama. Dengan teori ini maka Newton mengembangkan hokum – hukumnya sebagaimana yang kita kenal sekarang ini. Bahwa Newton berhasil menemukan teorinya yang bersifat universal didasarkan pada teori – teori sebelumnya yang bersifat sektoral.

Banyak orang bisa melihat langsung mengapa buah – buahan bisa jatuh ( Kebawah ) dari pohonnya, banyak yang menanyakan mengapa buah bisa jatuh, banyak juga yang memberikan penjelasan mengapa buah itu bisa jatuh, namun baru Newton yang bisa memformulasikan sebuah teori tentang gravitasi yang menjelaskan peristiwa tersebut dengan penjelasan yang bukan saja berlaku bagi buah – buahan tetapi juga untuk seluruh benda baik yang ada di bumi maupun yang ada dilangit.

Berdasar teori ini maka dapat disusun penjelasan yang konsisten mengenai berbagai hal yang bersifat universal yang secara keseluruhan membentuk suatu sistim teori keilmuan. Ilmu teoritis terdiri dari sebuah system penyataan , system yang terdiri dari pernyataan – pernyataan agar terpadu secara utuh dan konsisten jelas memerlukan konsep yang mempersatukan dan konsep yang mempersatukan tersebut disebut teori.

Makin tinggi tingkat keumuman sebuah konsep maka makin teoritis konsep tersebut, pengertian teoritis disini dikaitkan dengan gejala fisik yang dijelaskan oleh konsep yang dimaksud , artinya makin teoritis sebuah konsep maka makin jauh pernyataan yang dikandungnya bila dikaitkan dengan gejala fisik yang tampak nyata. Diibaratkan sebuah pohon dengan akarnya , maka makin tinggi pohon tersebut , maka makin dalam pula kita hurus menjangkau akarnya. Konsep teori seperti gravitasi merupakan penjelasan yang bersifat mendasar yang mampu mengikat berbagai gejala fisik secara universal.

Konsep – konsep yang bersifat teoritis karena sifatnya yang mendasar sering tidak langsung kelihatan kegunaan praktisnya. Secara logis maka hal ini tidak sukar untuk dimengerti, sebab makin teoritis sebuah konsep maka makin jauh pula kaitanya langsung konsep tersebut dengan gejala fisik yang nyata. Padahal dalam kehidupan sehari – hari adalah berhubungan dengan gejala yang bersifat konkret tersebut. Kegunaan praktis dari konsep yang bersifat teoritis baru dapat dikembangkan sekiranya konsep yang yang bersifat mendasar tersebut diterapkan pada masalah - masalah yang bersifat praktis. Dan dari pengertian inilah kita mengenal konsep dasar dan konsep terapan yang juga diwujudkan dalam bentuk ilmu dasar dan ilmu terapan.

Ilmu dasar (Pure Science) merupakan kerja para ilmuan , terutama dalam institusi akademik melakukan penelitian yang semata – mata untuk menemukan perkembangannya, dan kepuasan pengetahuan. Sedangkan ilmu terapan atau ilmu aplikasi (applied science) adalah perilaku para ilmuan terutama pada korporasi industrial melakukan penelitian untuk meningkatkan atau untuk menghasilkan sesuatu yang baru dalam upaya meningkatkan produktifitasnya. Keduanya mempunyai implikasi yang sama yaitu mengembangkan semua bidang ilmu. Keduanya sangat mempengaruhi etika keilmuan, yang seringkali terjadi ilmu yang satu tidak dapat berdiri sendiri , tatanan ilmu ya ng ada selalu saling mempengaruhi , dan bahkan tidak jarang menemukan suatu pendekatan system yang dapat diterapkan dalam sebagian ilmu. Psikologi sangat mempengaruhi ilmu pendidikan dan ilmu mengajar , ilmu perilaku, Ilmu social sangat mempengaruhi ilmu hokum, ilmu politik, ilmu ekonomi, Matematika sangat mempengaruhi ilmu statistika, penelitian, fisika, komunikasi dan transpormasi. Ilmu sejarah sangat mempengaruhi lmu budaya, peradaban, antropologi , selalu digunakan untuk menelusuri setiap pertumbuhan awal ilmu – ilmu yang ada tumbuh dan berkembang.






















BAB III

PENUTUP


  1. SIMPULAN

Setelah pembahasan dari masalah – masalah tersebut diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :

    1. Ilmu / pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan manusia yang bercirikan obyektif, sistimatis, mempunyai metodologi kerja yang khas, logis, dan terbuka dari kritik.

    2. Pengetahuan yang tidak ilmiah bercirikan subyektif, bersumber dari keyakinan, diperoleh secara turun – temurun, kontradiktif dan sifatnya tertutup.

    3. Teori merupakan pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai suatu factor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan yang biasanya terdiri dari hukum – hukum.

    4. Pengetahuan ilmiah dalam bentuk teori dean hukum ini harus mempunyai tingkat keuniversalan atau keumuman yang tinggi .

    5. Makin tinggi keumuman suatu konsep maka makin teoritis konsep tersebut.

    6. Aplied Science sangat diperlukan untuk meningkatkan atau menghasilkan sesuatu yang baru dalam upaya meningkatkan produktifitas , memecahkan persoalan kehidupan manusia.




B. SARAN

    1. Hendaknya para akademisi terus – menerus untuk mengggali ilmu – ilmu yang baru atau mengembangkan konsep yang telah ada agar mencapai tingkat keuniversalan yang optimal .

    2. Kepada para praktisi untuk terus mengembangkan applied science untuk menjawab permasalahan kehidupan manusia.

    3. Hendaknya semua teori / pengetahuan ilmiah ataupun hukum – hukum yang ditimbulkanya sesuai dengan value, etika serta moral dan bermanfaat untuk perikehidupan umat manusia.















KEPUSTAKAAN


Hartono Kasmadi, Prof. ( ), Pandangan tentang Ilmu pengetahuan , Filsafat ilmu dari awal sampai dengan ibnu khaldun, Materi kuliah, tidak diterbitkan.


Hartono Kasmadi, Prof. ( ), Wawasan Keilmuan, Etika ilmu, Materi matrikulasi program magister ilmu hukum UNTAG, tidak diterbitkan.


Jujun S, Suria Sumantri, ( 2000 ), Filsafat ilmu, sebuah pengantar popular, Pustaka sinar harapan , Jakarta.






BAB I

PENDAHULUAN


  1. LATAR BELAKANG

Ilmu pengetahuan atau Pengetahuan ilmiah dalam tata bahasa dapat diartikan sebagai dua kata yang berangkai, dan memiliki makna ilmu, yakni suatu bidang pengetahuan yang tersusun secara bersistem, menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu pengetahuan bersangkutan . Sedangkan pengetahuan dapat juga diartikan sebagai segala sesuatu yang diketahui atau dapat diartikan kepandaian yang dimiliki. Pemahaman sebagai dua kata yang tidak terpisahkan , Ilmu pengetahuan dapat diartikan sebagai gabungan berbagai pengetahuan yang tersusun secara logis dan bersistem, dengan mempertimbangkan sebab akibatnya, pemahaman ini sering diikuti oleh istilah lain yakni ilmiah, istilah ini untuk menegaskan bahwa ilmu pengetahuan mengandung makna ilmiah yang artinya prosedur yang harus diikuti, yakni logis, bersistem dan mempertimbangkan sebab akibat, dengan suatu metode yang melibatkan cara berfikir empiris dan rasional.

Pada dasarnya ilmu pengetahuan adalah suatu sistem yang dikembangkan manusia untuk mengetahui keadaanya dan lingkungannnya, atau menyesuaikan lingkungannnya dengan dirinya dalam rangka strategi hidupnya.

Di masa pra ilmiah pengetahuan diperoleh secara empiris turun temurun, kemudian diteruskan dengan eksperimen dan logika . ilmu – ilmu yang dasar dan tidak dipengaruhi oleh waktu dan ruang lebih bersifat universal daripada yang tergantung pada lingkungan dan zaman.

Di dalam masyarakat ilmiah segala persoalan pertama – tama diusahakan dipecah secara ilmiah, termasuk persoalan masa lampau dan masa depan. Berbeda dengan cara – cara lain, misanya cara mitologis, tradisional, folk science, supra natural, mistik ataupun cara – cara alogis yang lain, ilmu pengetahuan memajukan pertanyaan – pertanyaan kecil dan dengan memperoleh jawaban, maju selangkah demi selangkah. Dengan demikian ilmu pengetahuan harus dinamis, kebenaran ilmiah berevolusi sesuai dengan kemajuan teori ilmu pengetahuan . memang dengan teori pengetahuan ilmiah belum semua persoalan hidup dan dunia ini dapat dipecahkan, karena kemampuan otak dan akal manusia yang terbatas, sehingga dunia obyektif yang diamati tidak pernah lengkap , model – model yang dibuat adalah realitas yang disederhanakan.

Dari uraian tersebut diatas dapat menimbulkan permasalahan – permasalahan yaitu :

    1. Bagaimana Pengertian / batasan teori pengetahuan ilmiah .

    2. Apa perbedaan pengetahuan ilmiah dan pengetahuan tidak / non ilmiah

    3. Bagaimana cara Pemahaman tentang teori – teori pengetahuan ilmiah

B. TUJUAN

    1. Untuk mengetahui pengertian / batasan pengetahuan ilmiah.

    2. Untuk mengetahui perbedaan pengetahuan ilmiah dan pengetahuan tidak ilmiah.

    3. Agar dapat memahami tentang teori – teori pengetahuan ilmiah.

BAB II

PEMBAHASAN


  1. PENGERTIAN / BATASAN PENGETAHUAN ILMIAH

Ilmu atau science diartikan sebagai studi yang dapat di uji, dites, dan diverifikasikan. Kata science diambil dari bahasa yunani scire yang berarti memahami – to know. Sejak awal dimulainya wawasan ilmu ini telah sangat luas dikembangkan dan sangat mempengaruhi kehidupan manusia . Dewasa ini semua cabang ilmu dapat diamati di investigasi, dan mungkin mengembangkan cabang ilmu lain yang dapat diamati atau dideteksi, sehingga perkembangan ilmu merupakan bentuk kegiatan untuk pemahaman dunia, planet dan bahkan alam semesta.

Pengetahuan ilmiah dikembangkan berdasarkan analisis obyektif, lebih jauh hanya sekedar melalui keyakinan seseorang. Pengetahuan berkembang menjadi ilmu melalui akumulasi waktu , yang memiliki waktu berkembang sejajar dengan perkembangan kemajuan manusia. Beberapa kelompok pengetahuan dapat ditelusuri sampai dengan awal peradaban manusia . akan tetapi terdapat juga ilmu – ilmu yang baru berusia kurang dari 50 tahun. Tapi kapan ilmu itu tumbuh apakah sudah lama atau baru , tetap ia melalui pendekatan suatu system , yang kini dikenal sebagai metode keilmuan. Untuk mencoba mengetahui keberadaanya lebih mendalam disinilah etika ilmu merupakan salah satu karakteristiknya. Sebab seringkali ilmu yang diteliti , diamati bukan ilmu baru akan tetapi para peneliti melakukanya untuk mengetahui lebih dalam , bahkan mungkin mencari sesuatu yang kan muncul teori atau pandangan yang baru. Perhatikan dalam bidang – bidang ilmu yang dikenal sekarang, sejarah, ilmu fisika, kedokteran, keperawatan, matematika, tehnologi dan sebagainya. Kadang terjadi pula penelitian dilakukan terhadap penemuan yang dianggap baru, akan tetapi ternyata ilmu tersebut telah pernah ada pada masa sebelumnya, atau ilmu terjadi kesalahan dalam beberapa tingkatanya. banyak para ahli melakukan hal ini. Bukan hal yang mengherankan jika pada suatu kurun masa penemuan seseorang ahli menjadi paradigma berbagai perkembangan ilmu, akan tetapi dalam perkembangan tersebut mengalami perubahan, sebab ditemukan fenomena lain yang dapat merubah teori sebelumnya. Tapi apakah ilmu itu salah sama sekali ? Tidak, ia diakui pada masanya, akan tetapi dengan cara , teknik – teknik baru ditemukan data baru, akan tetapi ilmu terdahulu tidak pernah, atau jarang disingkirkan begitu saja , sebab diantara yang berubah masih terdapat hal – hal yang dipertahankan , tetap diakui kebesaranya , dan tetap diakui sebagai pandangan pengetahuan yang besar.

Ilmu tidak pernah terputus dari pertumbuhan awalnya, seperti hanya tehnologi, filsafat, peradaban, kesemuanya mempunyai benang merah yang tidak pernah putus, ia merupakan time – line yang selalu dapat diketahui awalnya, akan tetapi belum dapat diketahui kapan ia berakhir. Keruntuhan suatu periode pemerintahan, Negara , tidak pernah menguburnya bersama bangsa dan peradaban yang pernah ada. Keruntuhan kerajaan firaun tidak sekaligus meruntuhkan keberadaan bangsa mesir dan peradabanya. Sejarah telah membuktikanya , peradaban mesir tetap merupakan suatu contoh kehandalan , kemegahan sejarah peradaban, yang sampai kini masih diteliti untuk melengkapinya, sedangkan bangsa mesir tetap exis dan tumbuh sebagai bangsa besar , dengan segala atribut modernisasinya.

  1. PERBEDAAN PENGETAHUAN ILMIAH DAN PENGETAHUAN TIDAK ILMIAH

Untuk membedakan pengetahuan ilmiah dan pengetahuan yang tidak ilmiah secara sederhana pada saat ini dapat dilihat / ditelaah melalui cara penulisannya .

Pada penulisan ilmu pengetahuan yang tidak ilmiah dapat dijumpai pada majalah umum ( bukan jurnal ), surat kabar, brosur dan sebagainya, misal

    1. Pengetahuan yang ditulis untuk menyajikan informasi dan bersifat iklan (emotif advertising) .

    2. Pengetahuan yang hanya memberikan suatu fakta yang tidak terjabarkan ; pernyataan ditulis berdasarkan apa yang dirasakan dan apa yang dipikirkan (personal subyektif writing)

    3. Pengetahuan yang ditulis dalam bentuk kritik eronik, ataupun satir (slanted criticism)

    4. Pengetahuan yang ditulis berdasarkan informasi yang cukup lengkap, fakta yang ada dan persuatif (informative advertising)

Sedangkan ilmu pengetahuan ilmiah dapat berbentuk :

    1. Nontechnical concrete explanation.

    2. Semitechnical generalized explanation.

    3. Generalized technical writing.

    4. Generalized abstract explanation.

  1. PEMAHAMAN TEORI PENGETAHUAN ILMIAH

Teori merupakan pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai suatu factor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan. Tujuan akhir dari setiap disiplin keilmuan adalah mengembangkan sebuah teori keilmuan yang bersifat utuh dan konsisten.

Sebuah teori biasanya terdiri dari hukum – hukum, teori adalah pengetahuan ilmiah yang memberikan penjelasan tentang “ mengapa” suatu gejala – gejala terjadi, sedangkan hukum memberikan kepada kita untuk meramalkan “apa” yang mungkin terjadi. Pengetahuan ilmiah dalam bentuk teori dan hukum ini merupakan “alat” yang dapat kita pergunakan untuk mengontrol gejala alam.

Pengetahuan ilmiah dalam bentuk teori dan hukum ini harus mempunyai tingkat keumuman yang tinggi, atau secara idealnya harus bersifat universal. Dalam usaha mengembangkan tingkat keumuman yang lebih tinggi ini maka dalam sejarah perkembangan ilmu kita melihat berbagai contoh dimana teori – teori yang mempunyai tingkat keumuman yang lebih rendah disatukan dengan teori umum yang mampu mengikat keseluruhan teori – teori tersebut.

Sejarah perkembangan fisika misalnya mengenal teori tentang “jatuh bebas” yang di demonstrasikan Galileo dengan menjatuhkan dua benda yang berbeda beratnya dari menara pisa . Sampai waktu itu orang masih percaya kepada teori Aristoteles yang menyatakan bahwa benda yang lebih berat akan jatuh ketanah dengan lebih cepat. Galileo dengan demonstrasinya yang bersifat testrik sekali pukul menjatuhkan teori Aristoteles yang tidak benar itu. Benda – benda tanpa melihat beratnya akan jatuh ketahan dalam waktu yang sama.

Copernikus (1473 – 1543) mengembangkan teori baru bahwa bukan matahari yang berputar mengelilingi bumi melainkan bumi yang mengelilingi matahari. Teori ini merupakan perombakan terhadap teori lama yang dikemukakan oleh Ptolomeus ( 150 SM ) dari Alexandria yang mengemukakan bahwa bumi adalah pusat dari jagat raya dengan planet – planetnya yang berputar mengelilinginya dalam orbit – orbit yang berbentuk lingkaran. Teori kopernikus ini kemudian disempurnakan oleh Johanes Kopler yang mendasarkan diri dari data yang dikumpulkan . Tycho Branhe menyatakan pada tahun 1609 bahwa rbit planet – planet dalam mengelilingi matahari tidaklah berbentuk lingkaran seperti apa yang dipercayai oleh Ptolomeus maupun Kopernikus merupakan berbentuk ellips.

Newton pada tahun 1686 menerbitkan phiksophiae Naturalis Principia Mathematica yang merupakan teori yang mempersatukan teori Gallileo, Copernicus dan Kapler. Teori Newton menyatakan bahwa semua gerak baik yang terjadi dilangit maupun dibumi, tunduk kepada hokum – hokum yang sama. Dengan teori ini maka Newton mengembangkan hokum – hukumnya sebagaimana yang kita kenal sekarang ini. Bahwa Newton berhasil menemukan teorinya yang bersifat universal didasarkan pada teori – teori sebelumnya yang bersifat sektoral.

Banyak orang bisa melihat langsung mengapa buah – buahan bisa jatuh ( Kebawah ) dari pohonnya, banyak yang menanyakan mengapa buah bisa jatuh, banyak juga yang memberikan penjelasan mengapa buah itu bisa jatuh, namun baru Newton yang bisa memformulasikan sebuah teori tentang gravitasi yang menjelaskan peristiwa tersebut dengan penjelasan yang bukan saja berlaku bagi buah – buahan tetapi juga untuk seluruh benda baik yang ada di bumi maupun yang ada dilangit.

Berdasar teori ini maka dapat disusun penjelasan yang konsisten mengenai berbagai hal yang bersifat universal yang secara keseluruhan membentuk suatu sistim teori keilmuan. Ilmu teoritis terdiri dari sebuah system penyataan , system yang terdiri dari pernyataan – pernyataan agar terpadu secara utuh dan konsisten jelas memerlukan konsep yang mempersatukan dan konsep yang mempersatukan tersebut disebut teori.

Makin tinggi tingkat keumuman sebuah konsep maka makin teoritis konsep tersebut, pengertian teoritis disini dikaitkan dengan gejala fisik yang dijelaskan oleh konsep yang dimaksud , artinya makin teoritis sebuah konsep maka makin jauh pernyataan yang dikandungnya bila dikaitkan dengan gejala fisik yang tampak nyata. Diibaratkan sebuah pohon dengan akarnya , maka makin tinggi pohon tersebut , maka makin dalam pula kita hurus menjangkau akarnya. Konsep teori seperti gravitasi merupakan penjelasan yang bersifat mendasar yang mampu mengikat berbagai gejala fisik secara universal.

Konsep – konsep yang bersifat teoritis karena sifatnya yang mendasar sering tidak langsung kelihatan kegunaan praktisnya. Secara logis maka hal ini tidak sukar untuk dimengerti, sebab makin teoritis sebuah konsep maka makin jauh pula kaitanya langsung konsep tersebut dengan gejala fisik yang nyata. Padahal dalam kehidupan sehari – hari adalah berhubungan dengan gejala yang bersifat konkret tersebut. Kegunaan praktis dari konsep yang bersifat teoritis baru dapat dikembangkan sekiranya konsep yang yang bersifat mendasar tersebut diterapkan pada masalah - masalah yang bersifat praktis. Dan dari pengertian inilah kita mengenal konsep dasar dan konsep terapan yang juga diwujudkan dalam bentuk ilmu dasar dan ilmu terapan.

Ilmu dasar (Pure Science) merupakan kerja para ilmuan , terutama dalam institusi akademik melakukan penelitian yang semata – mata untuk menemukan perkembangannya, dan kepuasan pengetahuan. Sedangkan ilmu terapan atau ilmu aplikasi (applied science) adalah perilaku para ilmuan terutama pada korporasi industrial melakukan penelitian untuk meningkatkan atau untuk menghasilkan sesuatu yang baru dalam upaya meningkatkan produktifitasnya. Keduanya mempunyai implikasi yang sama yaitu mengembangkan semua bidang ilmu. Keduanya sangat mempengaruhi etika keilmuan, yang seringkali terjadi ilmu yang satu tidak dapat berdiri sendiri , tatanan ilmu ya ng ada selalu saling mempengaruhi , dan bahkan tidak jarang menemukan suatu pendekatan system yang dapat diterapkan dalam sebagian ilmu. Psikologi sangat mempengaruhi ilmu pendidikan dan ilmu mengajar , ilmu perilaku, Ilmu social sangat mempengaruhi ilmu hokum, ilmu politik, ilmu ekonomi, Matematika sangat mempengaruhi ilmu statistika, penelitian, fisika, komunikasi dan transpormasi. Ilmu sejarah sangat mempengaruhi lmu budaya, peradaban, antropologi , selalu digunakan untuk menelusuri setiap pertumbuhan awal ilmu – ilmu yang ada tumbuh dan berkembang.






















BAB III

PENUTUP


  1. SIMPULAN

Setelah pembahasan dari masalah – masalah tersebut diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :

    1. Ilmu / pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan manusia yang bercirikan obyektif, sistimatis, mempunyai metodologi kerja yang khas, logis, dan terbuka dari kritik.

    2. Pengetahuan yang tidak ilmiah bercirikan subyektif, bersumber dari keyakinan, diperoleh secara turun – temurun, kontradiktif dan sifatnya tertutup.

    3. Teori merupakan pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai suatu factor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan yang biasanya terdiri dari hukum – hukum.

    4. Pengetahuan ilmiah dalam bentuk teori dean hukum ini harus mempunyai tingkat keuniversalan atau keumuman yang tinggi .

    5. Makin tinggi keumuman suatu konsep maka makin teoritis konsep tersebut.

    6. Aplied Science sangat diperlukan untuk meningkatkan atau menghasilkan sesuatu yang baru dalam upaya meningkatkan produktifitas , memecahkan persoalan kehidupan manusia.




B. SARAN

    1. Hendaknya para akademisi terus – menerus untuk mengggali ilmu – ilmu yang baru atau mengembangkan konsep yang telah ada agar mencapai tingkat keuniversalan yang optimal .

    2. Kepada para praktisi untuk terus mengembangkan applied science untuk menjawab permasalahan kehidupan manusia.

    3. Hendaknya semua teori / pengetahuan ilmiah ataupun hukum – hukum yang ditimbulkanya sesuai dengan value, etika serta moral dan bermanfaat untuk perikehidupan umat manusia.















KEPUSTAKAAN


Hartono Kasmadi, Prof. ( ), Pandangan tentang Ilmu pengetahuan , Filsafat ilmu dari awal sampai dengan ibnu khaldun, Materi kuliah, tidak diterbitkan.


Hartono Kasmadi, Prof. ( ), Wawasan Keilmuan, Etika ilmu, Materi matrikulasi program magister ilmu hukum UNTAG, tidak diterbitkan.


Jujun S, Suria Sumantri, ( 2000 ), Filsafat ilmu, sebuah pengantar popular, Pustaka sinar harapan , Jakarta.